Senin, 11 November 2013

Tugas Jurnalistik:Opini | ITA ROSITA | 3SA02 | 13611750

Guru, Aktor Tanpa Tanda Jasa

Kemajuan di bidang teknologi dewasa ini menimbulkan dampak yang signifikan pada dunia pendidikan, salah satunya adalah munculnya tayangan edukasi di beberapa saluran televise, tayangannya telah dirancang bagi seluruh peserta didik dari semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dan masyarakat. Pengemasan yang kurang baik membuat siswa malas untuk menontonnya dan beralih ke tayangan hiburan yang bersifat kurang edukatif (atau bahkan tidak ada nilai edukasi sama sekali di dalamnya). Contohnya adalah  sinetron yang menampilkan realita hidup yang tidak realistis, acara komedi yang mengandung kekerasan dan pelecehan, hingga  acara infotaimen yang menunjukkan gaya hidup yang mewah seorang selebriti.
Untuk menjadi seorang aktor yang mampu membuat para penonton bisa memahami penampilannya serta memahami pesan yang disampaikan, seorang guru membutuhkan banyak persiapan, baik pemikiran, perasaan, maupun latihan fisik. Untuk dapat mengajar secara efektif, seorang guru tidak hanya harus memiliki gagasan dan pengalaman tetapi juga mempu mengembangkan pengetahuan yang telah dikumpulkan dan membagikan gagasannya kepada siswa dalam kelas. Kemampuan untuk mengkomunikasikan pengetahuan inilah yang disebut dengan mengajar.
Layaknya seorang aktor, guru harus melakukan penelitian yang tidak terbatas pada materi yang akan diberikan, melainkan juga memahami respon-respon penontonnya, dan merencanakan kembali pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Setelah guru melakukan hal ini, ia mempelajari semua hal yang berhubungan dengan tugasnya sehingga ia dapat memberikan performa terbaiknya dalam mengajar. Sebagai contoh, setelah guru biologi mempelajari dan memahami materi biodiversitas secara seksama, ia harus dapat memperbaiki keterampilan mengajar dan mengembangkan kemampuan mentransfer gagasan biodiversitas  dengan menggunakan alat-alat peraga di dalam kelas. Kegiatan ini dapat menghasilkan manfaat bagi masing-masing pihak. Bagi siswa, kegiatan yang dilakukan ini dapat meningkatkan minat belajar, sedangkan bagi guru kegiatan ini dapat mempermudah pencapaian tujuan kurikulum. Dengan kegiatan  seperti ini, siswa merasa tidak terbebani saat mengikuti kegiatan belajar.
Hal- hal tersebut tidak akan terjadi jika tidak ada niat dari dalam diri seorang guru untuk mengajar. Setiap guru harus berangkat dengan jiwa pengabdian dan inspirasi yang dalam guna mengarahkan kegiatannya. Jika hal tersebut tidak dapat terimplemetasikan dengan baik, maka tahun demi tahun kualitas guru sebagai seorang aktor akan semakin turun dan menjadi sangat membosankan.

Kesimpulannya, untuk menghibur siswa yang merasa bahwa guru bukanlah seorang aktor atau harus bertindak sebagai aktor, sebaiknya dilihat dari proses bagaimana ia menjadi aktor yang nyata di dalam kelas. Mulai dari proses persiapan materi, mental, dan fisik untuk mengajar dan pilihannya untuk mengajar sebagai karier, mengabdi melalui bidang studi tertentu yang memerlukan waktu, uang, tenaga dan harus menguasai bidang serta belajar mengajarkannya kepada orang lain. Selain itu, tolak ukur berhasilnya seorang guru sebagai aktor adalah ketika ia mampu mengajarkan konsep pemikiran dibalik teori yang diajarkannya kepada siswanya tanpa harus kehilangan kepribadiannya yang asli.


1 komentar:

Iqbal Hill mengatakan...

whatisthegreatcommission.blogspot.com

My Muslim friend and I are working on a project as well. Please look and see if there is anything we could add to create a commonality for the Muslim culture.