PENGENDALIAN DIRI
Pengertian, Tujuan
dan Manfaat Pengendalian Diri
I.
Pengertian
Pengendalian Diri
Pengendalian diri adalah merupakan suatu keinginan dan
kemampuan dalam menggapai kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang pada hak
dan kewajibannya sebagai individu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara.
Dalam
bahasa umum pengendalian diri adalah tindakan menahan diri untuk tidak
melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan dirinya dimasa kini maupun
dimasa yang akan dating. Kerugian itu bentuknya macam-macam mungkin sakit
badan, sakit hati, bangkrut, gagal dalam mencapai cita-cita dan tidak
dipercayai oleh orang lain. Dalam bahasa agama pengendalian itu adalah upaya untuk
menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Allah
memerintahkan kepada kita untuk menjaga diri dari keluarga kita dari api neraka
. Api neraka ditafsirkan disini sebagai sesuatu yang menyakitkan, merugikan dan
menghancurkan. Disurat lain Allah juga memerintahkan kita untuk tidak
menjerumuskan diri kedalam lembah kebinasaan dan kerusakan.
Agar kita dapat mengendalikan diri, kita hendaknya mampu
mengendalikan hati kita, sebab hati sangat berkuasa atas wawasan, fikiran dan
tindakan seseorang sebagai contoh ketika kemarahan memuncak, suasana hati
seringkali berdetak tak terkendali tekanan yang kian menumpuk terus membengkak
hingga mencapai titik batas dan terus menumpuk, mendekati titik kritis yang tak
tertahankan. Akibatnya persoalah kecil yang biasanya tidak menimbulkan masalah
apa-apa akan berubah menjadi persoalan serius yang sangat mengesalkan hati dan
membuat kita resah atau gusar. Puasa adalah melatih diri untuk mengendalikan
diri kita.
Islam menyuruh kita untuk mengendalikan diri dalam menghadapi
ujian dan cobaan. Sebab dengan ujian dan cobaan menyebabkan manusia dengan
mudah tergelincir. Banyak orang mengaku muslim dan beriman, setelah diuji iman
dan agamanya oleh Allah dengan berbagai cobaan, ternyata ia lemah dan
terjerumus dalam lembah kesesatan.
Adapun tujuan Allah memberikan ujian dan cobaan kepada
hambanya adalah :
1). Membersihkan dan memilih mana orang muknin yang
sejati dan mana yang munafik, mana emas murni dan mana emas palsu.
2). Mengangkat derajat dan menghapus dosa
3). Mengungkapkan hakekat manusia itu sendiri sehingga
tampak jelas kesabaran dan ketaatannya
4). Membentuk dan menempa kepribadiannya menjadi pribadi
yang benar-benar tahan menderita dan tahan uji.
Dalam istilah lain, Islam juga mengenal istilah sabar. Sabar artinya
tabah, tahan cobaan. Orang yang sabar akan tahan tahan dan menerima
hal-hal yang tidak disenangi dan menyerah diri kepada Allah SWT. Kita
diperintahkan untuk senantiasa sabar, sebab apapun yang diberikan Allah kepada
kita pasti ada hikmanya. Kita hendaknya mengambil pelajaran dari setiap kejadian
yang kita alami. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa orang yang sabar
adalah orang yang manpu mengendalikan diri dalam menerima ujian dan cobaan
hidup.
II.
Tujuan Utama
Pengendalian Diri
Tujuan utama mengendalikan diri adalah memperoleh
keberhasilan dan kebahagiaan. Dilihat dari sudut agama, tujuan pengendalian
diri adalah menahan diri dalam arti yang luas. Menahan diri dari belenggu nafsu
duniawi yang berlebihan dan tidak terkendali atau nafsuh bathiniah yang tidak
seimbang kesemuanya itu apabila tidak diletakan pada yang benar akan
menyebabkan suatu ketidakseimbangan hidup yang berakhir pada kegagalan.
Dorongan nafsu pisik atau batin secara berlebihan akan menghasilkan sebuah
rantai belenggu yang akan menutup asset yang paling berharga dari diri manusia
yaitu “God Spot”. God Spot adalah kejernihan hati dan pikiran yang merupakan
sumber-sumber suara hati yang selalu memberikan bimbingan maha penting untuk
keberhasilan, kemajuan, dan kebahagiaan manusia.
Suara hati ini kita rasakan seolah-olah yang timbul dari
hati kita, perintah kepada kita supaya melakukan kewajiban dan memperingatkan
kita agar jangan sampai menyalahinya, walaupun kita tidak mengharap-harap
balasan atau takut siksaan yang lahir. Seorang miskin yang mendapat barang
dijalan, ia yakin bahwa tidak ada yang melihatnya kecuali Allahnya dan
kekuasaan undang-undang negeri tidak akan mengenainya, kemudian ia sampaikan
barang tersebut kepada pemiliknya atau kepada pusat kepolisian, maka apakah
yang mendorongnya berbuat demikian ?. Jawabannya adalah suara hati.
Contoh Sikap Dan Perilaku Pengendalian Diri :
1.
Dalam keluarga
· Hidup sederhana dan
tidak suka pamer harta kekayaan dan kelebihannya.
· Tidak mengganggu
ketentraman anggota keluarga lain.
· Tunduk dan taat
terhadap peraturan serta perintah kedua orang tua.
2.
Dalam Masyarakat
· Mencari sahabat atau
temansebanyak-banyaknya dan membenci permusuhan.
· Saling menghormati dan
menghargai orang orang lain.
· Mengutamakan kepentingan
bersama dibandingkan kepentingan pribadi.
· Mengikuti atau
berpartisipasi segala kegiatan yang ada dilingkungan masyarakat.
3
Dalam Lingkungan
Sekolah dan Kampus
· Patuh dan taat pada
peraturan disekolah atau dikampus
· Menghormati dan
menghargai teman, guru, dosen, karyawan, dll
· Berani menolak setiap
ajakan atau paksaan dalam setiap tindakan negative.
III. Manfaat
Pengendalian Diri
Bukti ilmiah tentang manfaat mengendalikan diri ditulis
oleh Daniel Golemen, seorang ahli dan peneliti tentang kecerdasan emosi.
Anak-anak berusia empat tahun di Taman Kanak-Kanak Standford disuruh masuk
kedalam sebuah ruangan seorang demi seorang, sepotong marshmallow (manisan
putih yang empuk) diletakan diatas meja didepan mereka, “kalian boleh makan
manisan ini jika mau, tetapi jika kalian memakannya sekembali saya kesini,
kalian berhak mendapatkan sepotong lagi”.
Sekitar empat belas tahun kemudian, sewaktu anak-anak itu
lulus sekolah lanjut tingkat atas (SMA), anak-anak yang dahulu langsung memakan
manisan dibandingkan dengan anak-anak yang manpu mengendalikan diri sehingga
mendapatkan dua potong menunjukan perkembangan sebagai berikut. Mereka yang
langsung memakan manisan dibandingkan mereka yang tahan menunggu (mampu
mengendalikan diri), cenderung tidak tahan menghadapi stres, muda tersinggung,
muda berkelahi, dan kurang tahan uji dalam mengejar cita-cita mereka.
Efek yang betul-betul tak terduga
dari anak-anak yang mampu mengendalikan diri. Anak-anak yang manpu menahan diri
dalam ujian manisan, dibandingkan dengan yang tidak tahan, memperoleh nilai
yang lebih tinggi dalam ujian masuk ke perguruan tinggi.
Ketika anak-anak dari Taman
Kanak-kanak Stanford itu tumbuh menjadi dewasa dan bekerja, perbedaan-perbedaan
diantara mereka semangkin mencolok. Di penghujung usia duapuluhan, mereka yang
lulus ujian manisan ketika kanak-kanak, tergolong orang yang sangat cerdas,
berminat tinggi, dan lebih manpu berkonsentrasi. Mereka lebih manpu
mengembangkan hubungan yang tulus dan akrab dengan orang lain, lebih handal dan
lebih bertanggung jawab, dan pengendalian dirinya lebih baik saat menghadapi
frustasi.
Sebaiknya, mereka yang langsung memakan
manisan sewaktu berusia empat tahun, saat usia mereka hamper tiga puluh tahun,
kemanpuan kognitif mereka kurang dan kecakapan emosinya sangat lebih rendah
disbanding kelompok yang tahan uji. Mereka lebih sering kesepian, kurang dapat
diandalkan, lebih mudah kehilangan konsentrasi, dan tidak sabar menunda
kepuasan dalam mengejar sasaran. Bila menghadapi stress, mereka hamper tidak
mempunyai toleransi atau pengendalian diri. Mereka tidak luwes dalam menanggapi
tekanan, bahkan sering mudah meledak dan ini cenderung menjadi kebiasaan.
Kisah anak-anak dan manisan
mengandung pelajaran yang lebih mendalam tentang kerugian akibat ketidakmampuan
mengendalikan diri. Bila kita berada dibawa kekuasaan implus, agitasi, dan
emosionalitas, kemampuan berpikir dan bekerja kita merosot sekali. Ujian
manisan ini membuktikan pentingnya ibadah puasa yang diperintahkan oleh Tuhan
yang Maha Kuasa.
Puasa tidak hanya berfungsi untuk
menahan dan mengendalikan hawa nafsu seperti makan dan minum atau nafsu amarah
saja, tetapi juga mengendalikan fikiran dan hati agar tetap berada pada garis
orbit yang telah “digariskan” dalam prinsip berfikir berdasarkan
rukun iman. Disinilah sesungguhnya letak keunggulan puasa yang tertinggi yaitu
pengendalian diri agar selalu berada pada jalur fitrah, agar selalu memiliki
tingkat kecerdasan emosi yang tinggal.
Puasa yang merupakan rukun islam
ketiga sangat sarat dengan hikma dan manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Diantara hikma puasa itu adalah mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang
dilarang agama. Ibada puasa mendidik orang-orang yang beriman untuk menahan
diri dari lapar dan haus dan dari perbuatan-perbuatan godaan-godaan syaitan:
bayangkan saja dalam keadaan tanpa pengawasan siapapun dari manusia namun tetap
orang-orang yang beriman itu tidak mau membatalkan puasanya (tidak makan,tidak
minum dan tidak pula mau melakukan sesuatu yang membatalkan ibadah puasa).
Ibadah puasa bisa dijadikan sebagai benteng diri dari berbagai godaan dan
kenikmatan dunia.
Kalau dibandingkan hikmah puasa
dalam mengendalikan diri dengan hasil penelitian di atas, dapat dipahami bahwa
orang yang dapat mengendalikan diri diperkirakan akan mampu menghadapi
tantangan, godaan dan rintangan. Mereka juga diperkirakan akan mampu
berkonsentrasi dalam bekerja. Seseorang yang bekerja sedang berpuasa, mereka
terlihat lebih konsentrasi dan lebih fokus pada pekerjaan yang dilakukannya,
karena fikiran pada waktu itu lebih jernih,lebih tenang,dan lebih teliti. Di
samping itu mereka lebih mampu mengembangkan hubungan yang tulus dan akrab
dengan porang lain, lebih handal dan lebih bertanggungjawab dan pengendalian
diri lebih baik pada saat menghadapi prestasi.
Frustasi adalah suatu proses yang
menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhannya atau menyangka bahwa akan terjadi suatu hal yang
menghalangi keinginannya. Dalam kondisi ini manusia membutuhkan suatu
dorongan diri yang memberikan arahan-arahan bagaimana ia bisa menghadapi proses
tersebut. Dan dalam kondisi kalau ia bisa mengendalikan diri, maka tidak akan
muncul prilaku-prilaku menyimpang yang merugikan dirinya dan orang lain.
Seorang siswa yang mampu
mengendalikan diri,akan melahirkan siswa yang punya kepribadian. Kepribadian
merupakan susunan sistem-sistem psikofisik yang berada dalam diri individu dan
menentukan penyesuaian-penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya.
Keteladanan kita di dalam melaksanakan pekerjaan adalah salah satu faktor
penunjang adalah kepribadian yang utuh.
Siswa teladan yang memiliki
kepribadian adalah mereka yang memiliki cirri sebagai berikut :
1. Penampilan
sesuai dengan profesi.
2. Memiliki
sikap terbuka.
3. Memiliki
pendirian yang teguh
4. Tidak mudah
terpengaruh oleh hal-hal negative.
5. Memiliki
stabilitas emosi.
6. Toleransi
terhadap sesama teman, atasan dan bawahan.
7. Bisa
bergaul, ramah tamah dan tenggang rasa.
8. Tidak
mudah frustrasi jika mendapatkan kesulitan.
Jadi singkatnya dengan pengendalian
diri akan bermanfaat bagi seseorang/siswa :
1.
Dalam menghadapi tantangan, hambatan, godaan dan
rintangan yang muncul dalam setiap aspek
kehidupannya.
2.
Membuat seseorang/siswa bisa
mengembangkan hubungan yang tulus dan akrab dengan orang lain, mampu
beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara baik dan wajar.
3.
Adanya rasa tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas yang diberikan kepada seseorang/siswa tersebut.
Sumber Referensi :
1.
www.Google.com
=> http://boharudin.blogspot.com/2011/06/rasionalisasi-pengendalian-diri-dalam.html
3 komentar:
Jeng, itarosita, saya minta ijin untuk membuat link tulisan artikel kamu untuk mahasiswa saya di binus. tulisannya ok. Terima kasih yah...
salam blogger.
teruslah menulis...
Hepi, PERIPLUS.com
Dosen BINUS.
www.lembutambun.blogspot.com
silahkan buu :)))
Biank sekali mba, mksh ya
Posting Komentar