Minggu, 25 November 2012

Softskill: Pengendalian Diri



PENGENDALIAN DIRI


      Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pengendalian Diri

                                I.            Pengertian Pengendalian Diri

Pengendalian diri adalah merupakan suatu keinginan dan kemampuan dalam menggapai kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang pada hak dan kewajibannya sebagai individu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam bahasa umum pengendalian diri adalah tindakan menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang akan merugikan dirinya dimasa kini maupun dimasa yang akan dating. Kerugian itu bentuknya macam-macam mungkin sakit badan, sakit hati, bangkrut, gagal dalam mencapai cita-cita dan tidak dipercayai oleh orang lain. Dalam bahasa agama pengendalian itu adalah upaya untuk menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama. Allah memerintahkan kepada kita untuk menjaga diri dari keluarga kita dari api neraka . Api neraka ditafsirkan disini sebagai sesuatu yang menyakitkan, merugikan dan menghancurkan. Disurat lain Allah juga memerintahkan kita untuk tidak menjerumuskan diri kedalam lembah kebinasaan dan kerusakan.
Agar kita dapat mengendalikan diri, kita hendaknya mampu mengendalikan hati kita, sebab hati sangat berkuasa atas wawasan, fikiran dan tindakan seseorang sebagai contoh ketika kemarahan memuncak, suasana hati seringkali berdetak tak terkendali tekanan yang kian menumpuk terus membengkak hingga mencapai titik batas dan terus menumpuk, mendekati titik kritis yang tak tertahankan. Akibatnya persoalah kecil yang biasanya tidak menimbulkan masalah apa-apa akan berubah menjadi persoalan serius yang sangat mengesalkan hati dan membuat kita resah atau gusar. Puasa adalah melatih diri untuk mengendalikan diri kita.
Islam menyuruh kita untuk mengendalikan diri dalam menghadapi ujian dan cobaan. Sebab dengan ujian dan cobaan menyebabkan manusia dengan mudah tergelincir. Banyak orang mengaku muslim dan beriman, setelah diuji iman dan agamanya oleh Allah dengan berbagai cobaan, ternyata ia lemah dan terjerumus dalam lembah kesesatan.
  

Adapun tujuan Allah memberikan ujian dan cobaan kepada hambanya adalah :
1). Membersihkan dan memilih mana orang muknin yang sejati dan mana yang munafik, mana emas murni dan mana emas palsu.
2). Mengangkat derajat dan menghapus dosa
3). Mengungkapkan hakekat manusia itu sendiri sehingga tampak jelas kesabaran dan ketaatannya
4). Membentuk dan menempa kepribadiannya menjadi pribadi yang benar-benar tahan menderita dan tahan uji.
Dalam istilah lain, Islam juga mengenal istilah sabar. Sabar artinya tabah, tahan cobaan. Orang yang sabar akan tahan tahan dan menerima hal-hal yang tidak disenangi dan menyerah diri kepada Allah SWT. Kita diperintahkan untuk senantiasa sabar, sebab apapun yang diberikan Allah kepada kita pasti ada hikmanya. Kita hendaknya mengambil pelajaran dari setiap kejadian yang kita alami. Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa orang yang sabar adalah orang yang manpu mengendalikan diri dalam menerima ujian dan cobaan hidup.

                             II.            Tujuan Utama Pengendalian Diri

Tujuan utama mengendalikan diri adalah memperoleh keberhasilan dan kebahagiaan. Dilihat dari sudut agama, tujuan pengendalian diri adalah menahan diri dalam arti yang luas. Menahan diri dari belenggu nafsu duniawi yang berlebihan dan tidak terkendali atau nafsuh bathiniah yang tidak seimbang kesemuanya itu apabila tidak diletakan pada yang benar akan menyebabkan suatu ketidakseimbangan hidup yang berakhir pada kegagalan. Dorongan nafsu pisik atau batin secara berlebihan akan menghasilkan sebuah rantai belenggu yang akan menutup asset yang paling berharga dari diri manusia yaitu “God Spot”. God Spot adalah kejernihan hati dan pikiran yang merupakan sumber-sumber suara hati yang selalu memberikan bimbingan maha penting untuk keberhasilan, kemajuan, dan kebahagiaan manusia.
Suara hati ini kita rasakan seolah-olah yang timbul dari hati kita, perintah kepada kita supaya melakukan kewajiban dan memperingatkan kita agar jangan sampai menyalahinya, walaupun kita tidak mengharap-harap balasan atau takut siksaan yang lahir. Seorang miskin yang mendapat barang dijalan, ia yakin bahwa tidak ada yang melihatnya kecuali Allahnya dan kekuasaan undang-undang negeri tidak akan mengenainya, kemudian ia sampaikan barang tersebut kepada pemiliknya atau kepada pusat kepolisian, maka apakah yang mendorongnya berbuat demikian ?. Jawabannya adalah suara hati.


Contoh Sikap Dan Perilaku Pengendalian Diri :
1.      Dalam keluarga
·  Hidup sederhana dan tidak suka pamer harta kekayaan dan kelebihannya.
·  Tidak mengganggu ketentraman anggota keluarga lain.
· Tunduk dan taat terhadap peraturan serta perintah kedua orang tua.
2.      Dalam Masyarakat
· Mencari sahabat atau temansebanyak-banyaknya dan membenci permusuhan.
·  Saling menghormati dan menghargai orang orang lain.
· Mengutamakan kepentingan bersama dibandingkan kepentingan pribadi.
· Mengikuti atau berpartisipasi segala kegiatan yang ada dilingkungan masyarakat.
3        Dalam Lingkungan Sekolah dan Kampus
· Patuh dan taat pada peraturan disekolah atau dikampus
· Menghormati dan menghargai teman, guru, dosen, karyawan, dll
· Berani menolak setiap ajakan atau paksaan dalam setiap tindakan negative.

III. Manfaat Pengendalian Diri

Bukti ilmiah tentang manfaat mengendalikan diri ditulis oleh Daniel Golemen, seorang ahli dan peneliti tentang kecerdasan emosi. Anak-anak berusia empat tahun di Taman Kanak-Kanak Standford disuruh masuk kedalam sebuah ruangan seorang demi seorang, sepotong marshmallow (manisan putih yang empuk) diletakan diatas meja didepan mereka, “kalian boleh makan manisan ini jika mau, tetapi jika kalian memakannya sekembali saya kesini, kalian berhak mendapatkan sepotong lagi”.
Sekitar empat belas tahun kemudian, sewaktu anak-anak itu lulus sekolah lanjut tingkat atas (SMA), anak-anak yang dahulu langsung memakan manisan dibandingkan dengan anak-anak yang manpu mengendalikan diri sehingga mendapatkan dua potong menunjukan perkembangan sebagai berikut. Mereka yang langsung memakan manisan dibandingkan mereka yang tahan menunggu (mampu mengendalikan diri), cenderung tidak tahan menghadapi stres, muda tersinggung, muda berkelahi, dan kurang tahan uji dalam mengejar cita-cita mereka.
Efek yang betul-betul tak terduga dari anak-anak yang mampu mengendalikan diri. Anak-anak yang manpu menahan diri dalam ujian manisan, dibandingkan dengan yang tidak tahan, memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam ujian masuk ke perguruan tinggi.
Ketika anak-anak dari Taman Kanak-kanak Stanford itu tumbuh menjadi dewasa dan bekerja, perbedaan-perbedaan diantara mereka semangkin mencolok. Di penghujung usia duapuluhan, mereka yang lulus ujian manisan ketika kanak-kanak, tergolong orang yang sangat cerdas, berminat tinggi, dan lebih manpu berkonsentrasi. Mereka lebih manpu mengembangkan hubungan yang tulus dan akrab dengan orang lain, lebih handal dan lebih bertanggung jawab, dan pengendalian dirinya lebih baik saat menghadapi frustasi.
Sebaiknya, mereka yang langsung memakan manisan sewaktu berusia empat tahun, saat usia mereka hamper tiga puluh tahun, kemanpuan kognitif mereka kurang dan kecakapan emosinya sangat lebih rendah disbanding kelompok yang tahan uji. Mereka lebih sering kesepian, kurang dapat diandalkan, lebih mudah kehilangan konsentrasi, dan tidak sabar menunda kepuasan dalam mengejar sasaran. Bila menghadapi stress, mereka hamper tidak mempunyai toleransi atau pengendalian diri. Mereka tidak luwes dalam menanggapi tekanan, bahkan sering mudah meledak dan ini cenderung menjadi kebiasaan.
Kisah anak-anak dan manisan mengandung pelajaran yang lebih mendalam tentang kerugian akibat ketidakmampuan mengendalikan diri. Bila kita berada dibawa kekuasaan implus, agitasi, dan emosionalitas, kemampuan berpikir dan bekerja kita merosot sekali. Ujian manisan ini membuktikan pentingnya ibadah puasa yang diperintahkan oleh Tuhan yang Maha Kuasa.
Puasa tidak hanya berfungsi untuk menahan dan mengendalikan hawa nafsu seperti makan dan minum atau nafsu amarah saja, tetapi juga mengendalikan fikiran dan hati agar tetap berada pada garis orbit yang telah “digariskan”  dalam prinsip berfikir berdasarkan rukun iman. Disinilah sesungguhnya letak keunggulan puasa yang tertinggi yaitu pengendalian diri agar selalu berada pada jalur fitrah, agar selalu memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggal.
Puasa yang merupakan rukun islam ketiga sangat sarat dengan hikma dan manfaat bagi kehidupan umat manusia. Diantara hikma puasa itu adalah mampu mengendalikan diri dari perbuatan yang dilarang agama. Ibada puasa mendidik orang-orang yang beriman untuk menahan diri dari lapar dan haus dan dari perbuatan-perbuatan godaan-godaan syaitan: bayangkan saja dalam keadaan tanpa pengawasan siapapun dari manusia namun tetap orang-orang yang beriman itu tidak mau membatalkan puasanya (tidak makan,tidak minum dan tidak pula mau melakukan sesuatu yang membatalkan ibadah puasa). Ibadah puasa bisa dijadikan sebagai benteng diri dari berbagai godaan dan kenikmatan dunia.
Kalau dibandingkan hikmah puasa dalam mengendalikan diri dengan hasil penelitian di atas, dapat dipahami bahwa orang yang dapat mengendalikan diri diperkirakan akan mampu menghadapi tantangan, godaan dan rintangan. Mereka juga diperkirakan akan mampu berkonsentrasi dalam bekerja. Seseorang yang bekerja sedang berpuasa, mereka terlihat lebih konsentrasi dan lebih fokus pada pekerjaan yang dilakukannya, karena fikiran pada waktu itu lebih jernih,lebih tenang,dan lebih teliti. Di samping itu mereka lebih mampu mengembangkan hubungan yang tulus dan akrab dengan porang lain, lebih handal dan lebih bertanggungjawab dan pengendalian diri lebih baik pada saat menghadapi prestasi.
Frustasi adalah suatu proses yang menyebabkan orang merasa akan adanya hambatan terhadap terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya atau menyangka bahwa akan terjadi suatu hal yang menghalangi keinginannya. Dalam kondisi ini manusia membutuhkan suatu dorongan diri yang memberikan arahan-arahan bagaimana ia bisa menghadapi proses tersebut. Dan dalam kondisi kalau ia bisa mengendalikan diri, maka tidak akan muncul prilaku-prilaku menyimpang yang merugikan dirinya dan orang lain.
Seorang siswa yang mampu mengendalikan diri,akan melahirkan siswa yang punya kepribadian. Kepribadian merupakan susunan sistem-sistem psikofisik yang berada dalam diri individu dan menentukan penyesuaian-penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya. Keteladanan kita di dalam melaksanakan pekerjaan adalah salah satu faktor penunjang adalah kepribadian yang utuh.

Siswa teladan yang memiliki kepribadian adalah mereka yang memiliki cirri sebagai berikut :
1.      Penampilan sesuai dengan profesi.
2.      Memiliki sikap terbuka.
3.      Memiliki pendirian yang teguh
4.      Tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negative.
5.      Memiliki stabilitas emosi.
6.      Toleransi terhadap sesama teman, atasan dan bawahan.
7.      Bisa bergaul, ramah tamah dan tenggang rasa.
8.      Tidak mudah frustrasi jika mendapatkan kesulitan.


Jadi singkatnya dengan pengendalian diri akan bermanfaat bagi seseorang/siswa :

1.      Dalam menghadapi tantangan, hambatan, godaan dan rintangan yang muncul dalam setiap  aspek kehidupannya.

2.      Membuat seseorang/siswa bisa mengembangkan hubungan yang tulus dan akrab dengan orang lain, mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara baik dan wajar.

3.      Adanya rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepada seseorang/siswa tersebut.


Sumber Referensi :

                              
                            

3 komentar:

LembuTambunBlog mengatakan...

Jeng, itarosita, saya minta ijin untuk membuat link tulisan artikel kamu untuk mahasiswa saya di binus. tulisannya ok. Terima kasih yah...
salam blogger.
teruslah menulis...

Hepi, PERIPLUS.com
Dosen BINUS.
www.lembutambun.blogspot.com

itarosita mengatakan...

silahkan buu :)))

Rhmts mengatakan...

Biank sekali mba, mksh ya